MAKALAH
Islam Periode Utsman Bin Affan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
![]() |
Disusun Oleh
M. Bakhrudin
INSTITUT STUDY ISLAM FAHMINA
Kota Cirebon-Jawa Barat
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji
syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, inayah, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingg akhir zaman,
Amiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi materi maupun dari cara penulisannya, keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya pengalaman merupakan salah satu kendala dalam pengerjaan makalah ini,
sehingga penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dalam bentuk kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis sendiri
dan juga pembaca pada umumnya, penulis mengharapkan saran dan kritk yang
sifatnya membangun dari pembaca sekalian, sehingga penulis dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB
I PEMBAHASAN
2.1. Biografi Utsman Bin Affan
2.2. Proses Pengangkata Utsman Bi Affan
2.3. Gaya Kepemimpinan Utsman Bin Affan
2.4. Ekspansi Daerah Kekuasaan
2.5. Perekonomian
2.6. Sosial Budaya dan Pendidikan
2.7. Akhir Kekhalifahan
2.8. Terbunuhnya Khalifah Utsman Bin Affan
BAB
III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Khulafaur Rasyidin adalah para sahabat Nabi yang setia mendampingi
perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap memegang ajaran
Nabi Muhammad SAW. Pada makalah ini adalah Khalifah Utsman bin Affan. Pada masa itu Utsman mengembangkan peradaban sebagai bentuk
kemajuan agama islam yang telah dikembangkan khalifah sebelumnya, yaitu Abu
Bakar dan Umar. Maka kita sebagai umat yang hidup setelah mereka akan
mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalanannya.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses
pengangkatan khalifah Utsman Bin Affan?
2.
Bagaimana
Utsman bin Affan memimpin?
3.
Bagaimana situasi dan
kondisi masyarakat masa itu?
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1.
Tujuan
Umum.
1.
Untuk
memenuhi tugas kuliah
1.3.2.
Tujuan
khusus
1.
Untuk
mengetahui proses pengangkatan khalifah
Utsman Bin Affan
2.
Untuk
mengetahui bagaiman khalifah Utsman Bin Affan memimpin
3.
Untuk
mengetahui bagaimana situasi dan kondisi masyarakat, saat dipimpin oleh khalifah Utsman Bin Affan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Biografi Usman Bin Affan
Utsman bin Affan, yang
mempunyai nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah ibn Al-Manaf,
Utsman merupakan anak dari pasangan Affan dan Urwy. Beliau lahir enam tahun
setelah penyerangan Ka’bah oleh pasukan bergajah (6 tahun dari kelahiran Nabi),
atau lebih tepatnya pada tahun 576 H di Tha’if. Utsman masuk islam pada usia 30
tahun atas ajakan Abu Bakar. Utsman mendapatkan kehormatan untuk menikahi dua
orang putri Rasulullah SAW Ruqayyah dan Ummi Kultsum secara berurutan, yaitu
setelah yang satu meninggal,[1] dan
beliau diberi julukan sebagai Dzun Nurain.
Sebelum memeluk Islam,
ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai
sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan
dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama
Thalhah bin Ubaidilah, selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat
nabi, ia juga dikenal sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama
Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar
karena Rasulullah SAW memerintahkan Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah,
yang saat itu sedang sakit keras.
Sebagai seorang hartawan
yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi kejayaan Islam. Ia tak
segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun hal-hal lain yang
berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam.
Khalifah Utsman adalah
sahabat Nabi yang teermasuk dalam muhajir pertama ke Yatsrib. Beliau termasuk
orang yang shaleh, bukan hanya shaleh dalam hal ritul tetapi beliau juga shaleh
dalam hal sosial. Hal ini terbukti dengan belia mengorbankan semua hartanya
demi kepentingan umat islam. Dimulai dari pembelian telaga milik yahudi seharga
12.000 dirham, mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar untuk perluasan masjid
Nabawi, menyerahkan 940 ekor unta, 60 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan
Jaisyul Usrah pada perang Tabuk, bahkan setiap hari jum’at, beliau membebaskan
satu budak laki-laki dan satu budak prempuan, dan masih banyak juga yang
lainnya[2].
2.2.
Proses Pengangkatan Usman Bin Affan
Sebelum meninggal, Umar
telah memanggil tiga calon penggantinya,
yaitu Utsman, ‘Ali, dan Sa’ad bin Abi Waqash. Dalam pertemuan yang
secara bergantian, umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat
sebagai pejabat (Munawwir Syadzali, 1993: 30). Disamping itu, Umar juga
membentuk dewan formatur yang yang bertugas untuk memilih penggantinya, dewan
formatur tersebut berjumlah 6 orang. Mereka adalah ‘Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi
Waqash. Abd ar-Rahman bin Auf, Zubair Bin Awwam, dan Thlhah bin Ubaidillah.
Disamping itu, Abdullah bin Umar juga dijadikan anggota, tetapi tidak memiliki
hak suara.
Mekanisme pemilihan khalifah
ditentukan sebagai berikut. Pertama, yang berhak menjadi khalifah adalah yang
dipilih oleh anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua, apabila suara
terbagi secara berimbang (3:3), maka Abdullah bin Umarlah yang berhak
menentukannya. Ketiga, apabila campur tangan dari Abdullah bin Umar tidak
diterima, maka calon yang dipilih oleh Abd ar-Rahman bin Auf harus diangkat
menjadi khalifah, kalau ternyata ada yang menentangnya, maka penentang itu
hendaklah dibunuh (Hasan Ibrahim, 1954: 254-255).
Alasan Umar menunjuk
keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu Bakar dalam menunjuk
penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk membiarkan para sahabat
memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan membentuk tim formatur
untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya.
Karena kelompok
tersebut beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah terjadinya suara yang
sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin Umar, putra Umar bin
Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak berhak untuk dipilih
sebagai khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Utsman bin Affan sebagai
khalifah selanjutnya. Ia dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun 23 H dan dilantik
pada awal Muharram 24 H.
Setelah disepakati
bersama, mereka membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam. Pada saat
pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara
pidatonya adalah:
“ Alhamdulillah, wahai
para manusia bertaqwalah kalian kepada allah!, sesungguhnya dunia yang telah
diberitahukan kepada kita oleh Allah bahwa ia hanyalah permainan,
hiburan,penghias, keangkuhan diantara kalian dan memperbanyak harta dan anak.
Seperti hujan lebat yang membuat orang kafir terlena kepada tumbuhan yang
tumbuh dan dikemudian hari berubah menguning dan hancur (membusuk), di akhirat
nanti ada tiga hal, siksa Allah yang sangat pedih, pengampunan dan ridhoNya.
Tiada kehidupan dunia kecuali hanyalah kenikmatan yang menipu, hamba yang
paling baik adalah orang yang menyerah dan menyandarkan diri pada Allah dan kitabNya
waktu di dunia”.
2.3.
Gaya Kepemimpinan
Utsman bin affan
dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan humanis. Namun gaya
kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme
dalam pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat
pejabat-pejabat Negara dari kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat
di luar kerabat beliau. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan
dan pergolakan pemerintahannya. Namun demikian, semasa kepemimpinannya Khalifah
Utsman berhasil mengkodifikasikan mushaf Al-Qur’an yang merupakan salah satu keberhasilan yang luar biasa.
2.4.
Ekspansi Daerah Kekuasaan
Utsman bin Affan
Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia merupakan
khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, pada masa
pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan merupakan
khalifah yang paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding dengan lamanya
ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam telah berkembang pada seluruh
daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia. Pesatnya perkembangan wilayah
Islam didasarkan karena tingginya semangat dakwah menyebarkan agama Islam.
Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang santun dan adil membuat Islam mudah
untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut.
Selain banyak melakukan
perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah pertama yang
membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih
berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk
mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman
berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi
serangan-serangan dari laut. Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman untuk
membentuk angkatan laut.
2.5.
Perekonomian
Dari segi ekonomi,
yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan pelaksanaan
yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Namun,
pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena terlalu banyak
mengambil uang dari baitul maal untuk diberikan kepada kerabat-kerabatnya.
Padahal, tujuan dari pemberian uang tersebut karena Utsman ingin menjaga tali
silaturahim. Selain itu, disamping dari segi baitul maal, Utsman juga
meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan untuk menggunakan lahan-lahan yang tak
terpakai sebagai lahan pertanian.
Dari segi pajak,
Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan yang telah
ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak tidak
berjalan baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar
ekonomi dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti
perbaikan jalan-jalan dan sebagainya.
2.6.
Sosial Budaya dan Pendidikan
Dari dimensi sosial
budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam. Dengan adanya
perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut
dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran
antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan
berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah
peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan
dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Qur’an juga
perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.
Penyeragaman bacaan
dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada
kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut lahjah
(dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya
bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin
bervariasi. Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman
untuk menyeragamkan bacaan, Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai
oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan
menyeragamkan bacaan Qur’an.
Perluasan Mesjid Haram
dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat
muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
2.7.
Akhir Kekhalifahan
Para pencatat sejarah
membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam tahun pertama
merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan
masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak
konflik, seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara.
Tuduhan pemborosan uang
Negara, terjadi karena Utsman dianggap terlalu boros dalam mengambil uang
baitul maal untuk diberikan kepada kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena
Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya. Padahal,
tuduhan ini terbukti tidak benar, karena tidak semua pejabat yang diangkat
merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri, jika pejabat
tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-segan untuk menghukum dan
memecatnya.
Sayangnya, tuduhan
nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Utsman
melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu
golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi
khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu
kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di
depan rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi
penggantinya untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut.
2.8.
Terbunuhnya Khalifah Utsman
Utsman bin Affan
terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah beranggapan
bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan yang fanatik
terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi kholifah. Anggapan
tersebut muncul dari seorang berdarah yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’,
hingga akhirnya mereka pergi ke Madinah untuk meminta Utsman memecat pejabat
yang dianggap menyeleweng atau mengundurkan diri dari kekhalifahan, tetapi
permintaan itu ditolak oleh Utsman.
Penolakan tersebut
mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah Utsman dan
menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan berpuasa
dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu perpecahan
antara kaum muslimin.
Dari sejarah peradaban
pada masa khalifah Utsman, kita melihat berbagai pengetahuan tentang bagaimana
agama islam berkembang pada masa kekhalifahan utsman. Ada berbagai perkembangan
yang ada pada saat itu, diantaranya perkembangan dari segi ekonomi, politik,
pendidikan, dan lain sebagainya. Usman juga memiliki gaya kepemimpinan yang
tersendiri, hal itu sesuai dengan karakter dan pendirian beliau.
Pada masa Usman Bin
Affan terjadi berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah penting bagi umat
setelahnya sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai peristiwa itu dia
menyikapi dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupun hingga akhirnya dia
terbunuh karena agama Allah.
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1.
Mekanisme pemilihan
khalifah ditentukan dengan beberapa hal. Pertama, yang berhak menjadi khalifah
adalah yang dipilih oleh anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua,
apabila suara terbagi secara berimbang (3:3), maka Abdullah bin Umarlah yang
berhak menentukannya. Ketiga, apabila campur tangan dari Abdullah bin Umar
tidak diterima, maka calon yang dipilih oleh Abd ar-Rahman bin Auf harus diangkat
menjadi khalifah, kalau ternyata ada yang menentangnya, maka penentang itu
hendaklah dibunuh (Hasan Ibrahim, 1954: 254-255).
2.
Karya besar monumental
Utsman bin Affan adalah membukukan al-qur’an, yang dilatar belakangi oleh
banyaknya keragaman dalam pembacaan al-qur’an.
a.
Saran
Semoga apa yang penulis uraikan
diatas, dapat menambah sedikit wawasan kepada temen-teman mahasiswa, dan saya
berharap teman-teman tidak merasa puas dengan apa yang sudah penulis paparkan.
Kami sangat mengharapkan kritik maupun sarannya dari teman-teman, demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun ini bisa bermanfaat
untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung,
2008
Ira M. Lapidus. History of islamic Societies, Terjemah Ghufron Amas'adi. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar