Laman

Kamis, 16 Oktober 2014

Islamisasi Nusantara

MAKALAH
Islamisasi Perspektif Lokal dan Global
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Study Islam Nusantara











Disusun Oleh:
M. Bakhrudin
INSTITUT STUDY ISLAM FAHMINA
Kota Cirebon-Jawa Barat
2013


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada  Nabi Muhammad SAW, kelurga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingg akhir zaman, Amiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari cara penulisannya, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pengalaman merupakan salah satu kendala dalam pengerjaan makalah ini, sehingga penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dalam bentuk kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis sendiri dan juga pembaca pada umumnya, penulis mengharapkan saran dan kritk yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih baik.











DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
1.2.    Rumusan Masalah
1.3.    Tujuan Pemikiran
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia
2.2. Situasi dan Kondisi Umum Wilayah Nusantara
2.3. Teori  Tentang Masuknya Islam ke Nusantara
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran







BAB I PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama, sebagian berpendapat bahwa Islam masuk  pada abad ke-7 M  yang datang lansung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasari bukti-bukti sejarah serta peneltian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan  metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . hal tersebut tak lepas dari  peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan masyarakat muslim kultural  Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.
1.2. Rumusan Masalah
1.                       Bagaimana proses islamisasi di nusantara?
2.                       Bagaimana situasi dan kondisi wilayah nusantara?
3.                       Bagaimana teori tentang masuknya islam ke indonesia?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Nusantara, yaitu untuk mengetahui dan  menambah wawasan kepada para pembaca mengenai sejarah islam dinusantara, serta dapat memberikan tambahan referensi bagi para pembaca.


BAB II PEMBAHASAN
Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku, bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
2.1.    Proses Islamisasi di Indonesia
Menurut Hasan Muarif Ambary ada tiga tahap proses islami­sasi di Nusantara.
Pertama, fase kehadiran para pedagang muslim (abad ke-1 sampai ke-4 H). Sejak permulaan abad Masehi kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara. Akan tetapi apakah ada data tentang masuknya penduduk asli ke dalam Islam? Meskipun ada dugaan bahwa dalam abad ke-1 sampai ke-4 H terdapat hubungan perkawinan antara pe­dagang muslim dengan penduduk setempat, sehingga mereka memeluk agama Islam. Pada abad ke 1-4 H / 7-10 M Jawa tidak disebut-sebut sebagai tempat persinggahan pedagang. Mengenai adanya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik dengan angka tahun 475 H/1082 M bentuk maesan dan jiratnya menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M. Fatimi berpendapat bahwa nisan itu ditulis oleh orang Syiah dan ia bukan seorang muslim Jawa, tetapi seorang pendatang yang sebelumnya bermukim di timur jauh.
Kedua, fase terbentuknya kerajaan Islam (13-16 M). Pada fase ini ditandai dengan munculnya pusat-pusat kerajaan Islam. Ditemukannya makam Malik al-Shaleh yang terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara dengan angka tahun 696 H/1297 M merupakan bukti yang jelas adanya kerajaan Islam di Pasai. Historiografi tradisional lokal, Hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik, menyebutkan penguasa pertama kerajaan Samudra Pasai adalah Malik al-Shalih. Akan tetapi, di Barus telah ditemukan makam seorang perempuan yang bernama Tuhar Amisuri dengan angka tahun 602 H. Hal ini membuktikan bahwa pada permulaan abad ke-13 M sudah ada pemukiman masyarakat Islam di Barus[1]..

Di Jawa sudah ada bukti yang kuat tentang keberadaan ma­syarakat muslim, terutama di pesisir utara. Adanya batu nisan batu nisan bekas pemakaman orang-orang Islam di Trowulan dan Troloyo, dekat Mojokerto, yang diduga sebagai pusat pemerintahan kerajaan Majapahit memberikan suatu gambaran bahwa makam-makam itu merupakan makam-makam orang muslim Jawa dan bukan kuburan orang muslim Asing. Hal ini dapat diketahui dari angka tahun angka tahun pada nisan itu yang menggunakan angka tahun Saka dan Jawa Kuno, jarang menggunakan tahun Hijriyah. Batu nisan yang pertama ditemukan di Trowulan berangka tahun Saka 1290 (1368-1369 M) dan ada beberapa batu nisan di Troloyo yang memuat angka tahun Saka  1298 sampai 1533 (1376-1611 M)1).
Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sejak akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke-16 M pusat-pusat perdagangan di pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Cirebon, dan Banten telah menunjukkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian pada abad ke-16 M kegiatan itu muncul sebagai kekuatan politik dengan adanya kerajaan Demak sebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota Majapahit. Para wali dengan bantuan kerajaan Demak, kemudian Pajang dan Mataram dapat mengembangkan Islam ke seluruh daerah-daerah penting di Jawa, bahkan di luar Jawa, seperti ke Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, dan Lombok[2].
Ketiga fase perlembagaan Islam. Agama Islam yang berpusat di Pasai tersebar luas ke Aceh di Pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka, Demak, Gresik, Banjarmasin, dan Lombok. Bukti persebarannya ditemukan cukup banyak. Di Semenanjung Melayu ditemukan bentuk-bentuk nisan yang menyerupai bentuk-bentuk batu nisan Aceh. Di Kuwin Banjarmasin tepatnya di komplek pemakaman Sultan Suriansyah (Raden Samudra) terdapat batu nisan yang mempunyai kesamaan dengan batu nisan yang ada di Demak dan Gresik. Di pemakaman Seloparang terdapat sebuah batu nisan yang memiliki gaya Jawa Timur.
Dalam  masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat negara-negara yang bercorak Indonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu; di Jawa, Majapahit; di Sunda, Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan Kutai.
Agama Islam yang datang ke Indonesia mendapat perhatian khusus dari kebanyakan rakyat yang telah memeluk agama Hindu. Agama Islam dipandang lebih baik oleh rakyat yang semula menganut agama Hindu, karena Islam tidak mengenal kasta, dan Islam tidak mengenal perbedaan golongan dalam masyarakat. Daya penarik Islam bagi pedagang-pedagang yang hidup di bawah kekuasaan raja-raja Indonesia-Hindu agaknya ditemukan pada pemikiran orang kecil. Islam memberikan sesuatu persamaan bagi pribadinya sebagai anggota masyarakat muslim. Sedangkan menurut alam pikiran agama Hindu, ia hanyalah makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada kasta-kasta lain. Di dalam Islam, ia merasa dirinya sama atau bahkan lebih tinggi dari pada orang-orang yang bukan muslim, meskipun dalam struktur masyarakat menempati kedudukan bawahan.
Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua pihak, yaitu:
a.          Orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam
b.         Golongan masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya.
Dalam masa-masa kegoncangan politik, ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagai agama dengan mudah dapat memasuki & mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih cara-cara yg ditempuh oleh orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitu menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Dengan demikian, pada tahap permulaan islamisasi dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan & disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang, yang sebenarnya menjadikan faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan timur Asia[3].
Kedatangan pedagang-pedagang muslim seperti halnya yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman Samudra Pasai dan Malaka yang merupakan pusat kerajaan Islam yang berhubungan erat dengan daerah-daerah lain di Indonesia, maka orang-orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu sendiri yang menjadi pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Tata cara islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan secara lisan dengan jalan mengadakan kontak secara langsung dengan penerima, serta dapat pula terjadi dengan lambat melalui terbentuknya sebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, berkumpul dan menetap disuatu daerah, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, sehingga terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim. Dalam hal ini orang yang bermaksud hendak belajar agama Islam dapat datang atau memanggil mereka untuk mengajari penduduk pribumi.
Selain itu, penyebaran agama Islam dilakukan dgn cara perkawinan antara pedagang muslim dgn anak-anak dari orang-orang pribumi, terutama keturunan bangsawannya. Dengan perkawinan itu, terbentuklah ikatan kekerabatan dengan keluarga muslim.
Media seni, baik seni bangunan, pahat, ukir, tari, sastra, maupun musik, serta media lainnya, dijadikan pula sebagai media atau sarana dalam proses islamisasi. Berdasarkan berbagai peninggalan seni bangunan dan seni ukir pada masa-masa penyeberan agama Islam, terbukti bahwa proses islamisasi dilakukan dengan cara damai. Kecuali itu, dilihat dari segi ilmu jiwa dan taktik, penerusan tradisi seni bangunan dan seni ukir pra-Islam merupakan alat islamisasi yang sangat bijaksana dan dengan mudah menarik orang-orang nonmuslim untuk dengan lambat-laun memeluk Islam sebagai pedoman hidupnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, golongan penerima dapat menjadi pembawa atau penyebar Islam untuk orang lain di luar golongan atau daerahnya. Dalam hal ini, kontinuitas antara penerima dan penyebar terus terpelihara dan dimungkinkan sebagai sistem pembinaan calon-calon pemberi ajaran tersebut. Biasanya santri-santri pandai, yang telah lama belajar seluk-beluk agama Islam di suatu tempat dan kemudian kembali ke daerahnya, akan menjadi pembawa dan penyebar ajaran Islam yang telah diperolehnya. Mereka kemudian mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam.
Agama Islam juga membawa perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan memperkembangkan budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai daerah di Indonesia selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan mengalami proses pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian, proses islamisasi di berbagai tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh rakyat setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada umumnya menunjukkan unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan oleh penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat agama (Hindu-Budha) dan kepercayaan animisme.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
2.2.    Situasi dan Kondisi Umum Wilayah Nusantara
Wilayah Nusantara yang nantinya disebut Indonesia ketika itu cakupannya tidak hanya sebatas wilayah yang terletak antara 5054‘’ LU sampai 110LS dan 95001’BT sampai 141002’BT setidaknya sama dengan wilayah nusantara sebagaimana disebutkan dalam kitab Nagarakertagama masa Majapahit. Posisi itu menunjukkan bahwa wilayah ini berada di daerah khatulistiwa dan daerah tiupan angin musim Indo-Australia. Iklimnya berhawa tropis dengan curah hujan tinggi. Iklim dengan angin musim menyebabkan adanya musim kemarau dan musim penghujan dengan lama yang berbeda-beda untuk tiap wilayah menurut keletakannya[4].
2.3.    Teori tentang masuknya Islam ke Nusantara
Penyebaran agama Islam di Nusantara pada umumnya berlangsung melalui dua proses.
a.              Penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudian menganutnya.
b.             Orang-orang Asing Asia, seperti Arab, India, dan Cina yang telah beragama  Islam bertempat tinggal secara permanen di satu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal. Kedua proses ini mungkin sering terjadi secara bersamaan[5].
Mengenai proses masuk dan berkembangnya agama Islam ke Indonesia, para sarjana dan peneliti sepakat bahwa islami-sasi itu berjalan secara damai, meskipun ada juga penggunaan kekuatan oleh penguasa muslim Indonesia untuk mengislamkan rakyat atau masyarakatnya. Secara umum mereka menerima Islam tanpa meninggalkan kepercayaan dan praktek keagamaan yang lama. Secara umum terdapat 3 teori besar tentang asal-usul penyebaran Islam di Indonesia, yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.



BAB III PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
a.         Proses islamisasi di nusantara melalui beberapa proses yang panjang sehingga sampai saat ini sejarahnya masih di kenal sepanjang waktu, dengan melalui proses yang sangat panjang itu akhirnya islam di indonesia mengalami perkembangan yang semakin maju dengan mengikuti perkembangan zaman.
b.        Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku, bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya.
c.         Mereka yang berdiam di pesisir, terutama di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
d.        Dalam  masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat negara-negara yang bercorak Indonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu; di Jawa, Majapahit; di Sunda, Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan Kutai.
3.2.       Saran
Semoga apa yang penulis uraikan diatas, dapat menambah sedikit wawasan kepada temen-temen mahasiswa, dan saya berharap teman-teman tidak merasa puas dengan apa yang sudah penulis paparkan. Sehingga teman-teman mau menggali kembali tentang  sejarah islam di nusantara.












DAFTAR PUSTAKA

Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia (Jakarta: Logos, 1998),
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modem (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1991),



[1] Hasan Mu’arif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, Jakarta: Logos, 1998, hlm. 58
[2] M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), Hlm. 5
[3] Http://elfanhidayat.blogspot.com/2011/10/islamisasi-di-nusantara.html
[4] Ibid
[5] M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Op. Cit. Halaman 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar