Laman

Kamis, 16 Oktober 2014

Pendidikan dan Supervisi Konseling

MAKALAH
Pendidikan dan Supervisi Konseling
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling


 












Disusun  Oleh
M. Bakhrudin
INSTITUT STUDY ISLAM FAHMINA
Kota Cirebon-Jawa Barat
2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada  Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingg akhir zaman, Amiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari cara penulisannya, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pengalaman merupakan salah satu kendala dalam pengerjaan makalah ini, sehingga penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dalam bentuk kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis sendiri dan juga pembaca pada umumnya, penulis mengharapkan saran dan kritk yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih baik.











DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB I PEMBAHASAN
2.1. Elemen Kunci dalam Pendidikan Konselor
A.    Kerangka Teoritis
B.     Keterampilan Konseling
C.     Menanngani Diri
D.    Isu Profesional
E.     Praktik Supervisi
F.      Kesadaran Riset
2.2. Pengertian Supervisi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Konseling adalah sebuah aktivitas yang sederhana sekaligus kompleks, dalam konseling, seseorang dapat bercerita tentang segala hal. Hubungan konselor dan liennya  terjadi secara simulatan pada level fisik, bahasa, dan dalam pikiran, perasaan, serta ingatan kedua belah pihak.
Terlepas dari tumbuhnya jumlah pendidikan, riset yang dilaksanakan untuk menyokong peserta pendikan konseling dan tutornya dalam kerja mereka adalah relatif sedikit. Anehnya, pendidikan konselor tetap menjadi area tertinggal untuk riset dan pembelajaran. Bahkan pengetahuan yang didapat pelatih dan pengajar dari pengalaman pribadi maupun profesional yang jarang sekali ditulis.
1.2. Rumusan Masalah
1.        Apa yang menjadi elemen kenci dalam pendidikan konselor?
2.        Apa yang dimaksud dengan supervisi?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1.           Tujuan Umum.
1.  Untuk memenuhi tugas kuliah
1.3.2.           Tujuan khusus
1.      Untuk mengetahui elemen kunci dalam pendidikan dan  konselor
2.      Untuk mengetahui arti dari supervisi, dan hal-hal yang berkaitan dengan supervisi.







BAB II PEMBAHASAN

2.1.  Elemen Kunci dalam Pendidikan Konselor
Perkembangan ide dan pendekatan konselor dan terapis  yang berbeda, berakibat pada apa yang  ada pada saat ini tampak sebagai konsensus luas berkenaan dengan elemen yang harus ada dalam pendidikan tersebut. Pendidikan berbeda mungkin menekankan sebagian aktifitas ini lebih luas dari yang lain, namun diantara elem kunci yang masuk dalam pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:[1]

A.      Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan hal yang  harus dimiliki oleh setiap konselor, hal ini berfungsi untuk mengetahui atau memahami kerja mereka dalam menghadapi klien. Tantangan pembelajaran teoritis dalam konseling semakin meningkat dengan adanya kesadaran umum bahwa seorang siswa tidak hanya harus mengetahui tentang teori, tetapi juga harus mampu mengaplikasikannya. Tujuan dari elemen ini adalah agar setiap konselor mampu menggunakan teori secara aktif untuk memahami klien dan reaksi konselor terhadap klien tersebut.
B.       Keterampilan Konseling
Pendidikan keterampilan konseling lebih diasosiasikan kepada pendekatan person-centred dengan kgnitif- behavioral keetimbang psikodinamik. Konsep ini merujuk kepada serangkaian tindakan atau perilaku konselor yang dilakukan untuk merespon tindakan atau peerilaku klien. Implisit dalam ide mengenai keterampilan konseling adalah asumsi bahwa ini suatu hal yang logis untuk memilih peran konselor ke dalam tindakan dan perilaku terpisah, dan asumsi ini sangat sulit untuk digabungkan dengan cara berpikir psikoanalitik.
Ada beberapa model pendidikan keterampilan konseling yang telah dikembangkan, walaupum tidak sepenuhnya diadopsi dalam pendidikan konselor, namun ide dan prosedur yang terkandung di dalamnya sering kali digunakan. Diantara model pedidikan tersebut, ada tiga model pendekatan yang paling banyak digunakan, yaitu:[2]
a.       Model human resource development.
b.      Pendekatan  micro counselling atau micro skills.
c.       Interpersonal process recal.
C.      Menangani Diri
Pengetahuan diri dan kesadaran diri adalah suatu nilai penting yang harus ada pada diri konselor, karena ini merupakan inti dari sekian banyaknya pendekatan teoritis utama. Kesadaran diri juga dibutuhkan dalam hal yang lebih umum, hal ini memungkinkan konselor untuk dapat bertahan tanpa harus melalui pangalaman untuk menahan dan membagi rasa sakit,ketakutan, dan putus asa dari setiap klien. hal ini disebabkan karena kebanyakan orang yang biasa menjadi tempat pengaduan klien justru menolak penderitaan emosional batin yang telah dibeberkan kepada mereka. Seorang konselor yang efektif  seharusnya mencari cara untuk tetap bersama klien dalam kepedihan mereka, dan tidak dapat memberi penolakan.
D.      Isu Profesional
Pendidikan konselor harus dapat memberikan perhatian  yang banyak terhadap berbagai isu profesional. Dalam praktiknya, etika isu profesional biasanya memperoleh perhatian yang substansial dalam pendidikan, dan sebagian besar dilakukan melalui pembahasan kasus. Isu profesional yang tercakup didalamnya dalah kekuasaan dan diskriminasi dalam konseling, terutama yang berkaitan dengan ras, gender, ketidakmampuan, dan orientasi seksual.
E.       Praktik Supervisi
Penyampaian supervisi kepada peserta didik tidak dapat dilakukan dengan pertemuan one to one dengan seorang supervisor atau kelompok supervisi. Kualitas dan frekuensi supervisi sangatlah penting bagi orang yang belajar menjadi konselor. Namun tidaklah mudah, karena ada beberapa aspek pendidikan yang menyulitkan untuk dapat mencapai supervisi yang efektif.


F.       Kesadaran Riset
Eksplorasi kontribusi riset terhadap pemahaman proses konseling ada dalam banyak pendidikan konseling, dan dapat mengambil bentuk sebuah sesi tentang  kesadaran riset untuk membaca paper riset dan desain serta implementasi bagian dari riset.
2.2.  Supervisi Konseling
Supervisi merupakan salah satu elemen penting dalam perkembengan konselor, bukan hanya pada pendidikan, karena penggunaan supervisi yang efektif adalah dilakukukan sepanjang karir konselor. Supervisi dalam konseling bukan semata-semata peran manajemen saja, dimana pengawas memberikan direksi atau mengalokasikan tugas, melainkan bertujuan untuk menangani klien dengan seefktif mungkin (Carroll, 1998). Berbagai pendapat telah dikemukakan berkenaan dengan supervisi ini. Stephen Robbins (1978) mengemukakan ”Supervision is tradionally used to refer to the activity of immedietly directing the activities of sub ordinates”.[3]
Menurut Arhtur Jones (1970), supervisi itu mencakup dua bentuk kegiatan, yaitu:
a.         Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan.
b.        Mengadakan perubahan, penataran dan mengadakan perubahan perilaku.[4]
Pengawasan bimbingan dan konseling disekolah diselenggarakan oleh pengawas sekolah sesuai SK Menpan No. 118/1996 dan petunjuk pelaksanaannya. Kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling  di sekolah melibatkan guru pembimbing dan pengawas sekolah di bawah koordinasi kepala sekolah.[5]
Supervisi bimbingan dan koseling  merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor (supervise), dimana supervisor (konselor senior) memberi dukungan dan bantuan untuk meningkatkan mutu kinerja profesional supervise, bertumpu pada satu prinsip yang mengakui setiap manusia itu mempunyai potensi untuk berkembang.
Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kerangka kesimpulan bahwa supervise konseling merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya menjadi situasi belajar mengajar lebih optimal, selain itu supervisi juga dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Yang dimaksud supervisi disini bukan lagi inspeksi orang yang merasa serba tahu (superior) kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali (inperior), tetapi supervisi dalam bentuk pembinaan.[6]
Selanjutnya, Crow dan Crow (1962) berpendapat bahwa dalam kegiatan supervisi bimbingan, hendaknya supervisor menerima saran-saran dari para konselor dalam hubungannya dengan permasalahan-permasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum, penyesuaian kurikulum bagi siswa, memasukkan kegiatan kegiatan yang bermanfaat bagi beberapa siswa ke dalam program sekolah.[7]
B.   Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Supervisi Konseling
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melakukan diskusi terfokus berkenaan dengan ketersediaan personal sesui dengan kebutuhan serta upaya-upaya untuk memenuhi ketersediaan konsselor, optimalisasi peran, dan fungsi personal sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling, serta mekanisme layanan sesuai dengan peran dan fungsi. Setiap pengawas harus melakukan fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial.[8]
Hawkins dan Shohet, telah mengidentifikasi tiga fungsi utama supervisi dalam konseling, yaitu:[9]
a.         Edukasional, dengan tujuan memberikan konselor kesempatan reguler untuk mengembangkan pemahaman baru dan menerima informasi.
b.        Suportivitas peran supervisi, yaitu konselor dapat membagi dilema mereka, memvalidasi kinera kerja, dan berhadapan dengan tekanan yang diingat oleh klien.
c.         Dimensi manajemen supervisi, yaitu untuk memastikan kualitas kerja dan menolong konselor untuk merencanakan pekerjaan dan memanfaatkan sumber.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas, setiap pengawas dituntut untuk memiliki kemampuan dasar tertentu yang berbeda dengan tenaga kependidikan lainnya, kemampuan dasar tersebut dinamakan kompotensi. Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan adalah:
1.        Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personil bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masingmasing.
2.        Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personil bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
3.        Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatanhambatan
dan permasalahan-permasalahan yang ditemui.
4.        Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar ke
arah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.[10]
 Dan yang menjadi tujuan dari supervisi konseling adalah:
1.        Meningkatkan kompetensi professional konselor
2.        Meningkatkan kesadaran dan identitas professional
3.        Mendorong perkembangan pribadi dan professional
4.        Mempromosikan kinerja professional
5.        Pemberian jaminan mutu terhadap praktek profesional.






















BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Elemen kunci dalam pendidikan konseling itu meliputi beberapa aspek, yaitu;
a.         Kerangka teoritis
b.        Keterampilan konseling
c.         Menangani diri
d.        Isu profesional
e.         Praktik supervisi, dan
f.         Kesadaran riset.
Supervise konseling merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya menjadi situasi belajar mengajar lebih optimal, selain itu supervisi juga dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Supervisi bimbingan dan koseling  merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor (supervise), dimana supervisor (konselor senior) memberi dukungan dan bantuan untuk meningkatkan mutu kinerja profesional supervise, bertumpu pada satu prinsip yang mengakui setiap manusia itu mempunyai potensi untuk berkembang.
3.2.  Saran
Semoga apa yang penulis uraikan diatas, dapat menambah sedikit wawasan kepada temen-teman mahasiswa, dan saya berharap teman-teman tidak merasa puas dengan apa yang sudah penulis paparkan. Kami sangat mengharapkan kritik maupun sarannya dari teman-teman, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun ini bisa bermanfaat untuk kita semua.






DAFTAR  PUSTAKA

John McLEOD, Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus, (Jakrta: Kencana Prenada Media group, 2010)
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: Refika Aditama, 2010)
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta, 2008)
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)




[1] John McLEOD, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)  halaman 557
[2] Ibid, halaman 558
[3] A. Juntika Nurichsan, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Refika Aditama, 2009), halaman 67
[4] Ibid,
[5] Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung; Pustaka Setia, 2010), halaman 214
[6] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta, 2008), halaman 287
[7] A. Juntika Nurichsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Op. Cit. Halaman 68
[8] Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, Loc. Cit. halaman 214
[9] John McLEOD, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, Loc. Cit. halaman 568
[10] A. Juntika N, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Loc.Cit. halaman 68 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar