MAKALAH
Pendidikan dan Supervisi Konseling
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh
M. Bakhrudin
INSTITUT STUDY ISLAM FAHMINA
Kota Cirebon-Jawa Barat
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji
syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, inayah, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingg akhir zaman,
Amiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi materi maupun dari cara penulisannya, keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya pengalaman merupakan salah satu kendala dalam pengerjaan makalah ini,
sehingga penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dalam bentuk kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis sendiri
dan juga pembaca pada umumnya, penulis mengharapkan saran dan kritk yang
sifatnya membangun dari pembaca sekalian, sehingga penulis dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB I PEMBAHASAN
2.1. Elemen Kunci dalam Pendidikan Konselor
A.
Kerangka
Teoritis
B.
Keterampilan
Konseling
C.
Menanngani
Diri
D.
Isu
Profesional
E.
Praktik
Supervisi
F.
Kesadaran
Riset
2.2. Pengertian Supervisi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konseling adalah sebuah aktivitas yang sederhana sekaligus
kompleks, dalam konseling, seseorang dapat bercerita tentang segala hal.
Hubungan konselor dan liennya terjadi
secara simulatan pada level fisik, bahasa, dan dalam pikiran, perasaan, serta
ingatan kedua belah pihak.
Terlepas dari tumbuhnya jumlah pendidikan, riset yang dilaksanakan
untuk menyokong peserta pendikan konseling dan tutornya dalam kerja mereka
adalah relatif sedikit. Anehnya, pendidikan konselor tetap menjadi area
tertinggal untuk riset dan pembelajaran. Bahkan pengetahuan yang didapat
pelatih dan pengajar dari pengalaman pribadi maupun profesional yang jarang
sekali ditulis.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa yang menjadi elemen
kenci dalam pendidikan konselor?
2.
Apa
yang dimaksud dengan supervisi?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1.
Tujuan
Umum.
1.
Untuk
memenuhi tugas kuliah
1.3.2.
Tujuan
khusus
1.
Untuk
mengetahui elemen kunci dalam pendidikan dan
konselor
2.
Untuk
mengetahui arti dari supervisi, dan hal-hal yang berkaitan dengan supervisi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Elemen Kunci dalam Pendidikan Konselor
Perkembangan
ide dan pendekatan konselor dan terapis
yang berbeda, berakibat pada apa yang
ada pada saat ini tampak sebagai konsensus luas berkenaan dengan elemen
yang harus ada dalam pendidikan tersebut. Pendidikan berbeda mungkin menekankan
sebagian aktifitas ini lebih luas dari yang lain, namun diantara elem kunci yang
masuk dalam pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:[1]
A.
Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap konselor, hal ini
berfungsi untuk mengetahui atau memahami kerja mereka dalam menghadapi klien. Tantangan
pembelajaran teoritis dalam konseling semakin meningkat dengan adanya kesadaran
umum bahwa seorang siswa tidak hanya harus mengetahui tentang teori, tetapi
juga harus mampu mengaplikasikannya. Tujuan dari elemen ini adalah agar setiap
konselor mampu menggunakan teori secara aktif untuk memahami klien dan reaksi
konselor terhadap klien tersebut.
B.
Keterampilan Konseling
Pendidikan keterampilan konseling lebih diasosiasikan kepada
pendekatan person-centred dengan kgnitif- behavioral keetimbang psikodinamik.
Konsep ini merujuk kepada serangkaian tindakan atau perilaku konselor yang
dilakukan untuk merespon tindakan atau peerilaku klien. Implisit dalam ide
mengenai keterampilan konseling adalah asumsi bahwa ini suatu hal yang logis
untuk memilih peran konselor ke dalam tindakan dan perilaku terpisah, dan
asumsi ini sangat sulit untuk digabungkan dengan cara berpikir psikoanalitik.
Ada beberapa model pendidikan keterampilan konseling yang telah
dikembangkan, walaupum tidak sepenuhnya diadopsi dalam pendidikan konselor,
namun ide dan prosedur yang terkandung di dalamnya sering kali digunakan.
Diantara model pedidikan tersebut, ada tiga model pendekatan yang paling banyak
digunakan, yaitu:[2]
a.
Model
human resource development.
b.
Pendekatan micro counselling atau micro skills.
c.
Interpersonal
process recal.
C.
Menangani Diri
Pengetahuan diri dan kesadaran diri adalah suatu nilai penting yang
harus ada pada diri konselor, karena ini merupakan inti dari sekian banyaknya
pendekatan teoritis utama. Kesadaran diri juga dibutuhkan dalam hal yang lebih
umum, hal ini memungkinkan konselor untuk dapat bertahan tanpa harus melalui
pangalaman untuk menahan dan membagi rasa sakit,ketakutan, dan putus asa dari
setiap klien. hal ini disebabkan karena kebanyakan orang yang biasa menjadi
tempat pengaduan klien justru menolak penderitaan emosional batin yang telah
dibeberkan kepada mereka. Seorang konselor yang efektif seharusnya mencari cara untuk tetap bersama
klien dalam kepedihan mereka, dan tidak dapat memberi penolakan.
D.
Isu Profesional
Pendidikan konselor harus dapat memberikan perhatian yang banyak terhadap berbagai isu profesional.
Dalam praktiknya, etika isu profesional biasanya memperoleh perhatian yang
substansial dalam pendidikan, dan sebagian besar dilakukan melalui pembahasan
kasus. Isu profesional yang tercakup didalamnya dalah kekuasaan dan
diskriminasi dalam konseling, terutama yang berkaitan dengan ras, gender,
ketidakmampuan, dan orientasi seksual.
E.
Praktik Supervisi
Penyampaian supervisi kepada peserta didik tidak dapat dilakukan
dengan pertemuan one to one dengan seorang supervisor atau kelompok
supervisi. Kualitas dan frekuensi supervisi sangatlah penting bagi orang yang
belajar menjadi konselor. Namun tidaklah mudah, karena ada beberapa aspek
pendidikan yang menyulitkan untuk dapat mencapai supervisi yang efektif.
F.
Kesadaran Riset
Eksplorasi kontribusi riset terhadap pemahaman proses konseling ada
dalam banyak pendidikan konseling, dan dapat mengambil bentuk sebuah sesi tentang kesadaran riset untuk membaca paper riset dan
desain serta implementasi bagian dari riset.
2.2.
Supervisi Konseling
Supervisi merupakan salah satu elemen penting dalam perkembengan
konselor, bukan hanya pada pendidikan, karena penggunaan supervisi yang efektif
adalah dilakukukan sepanjang karir konselor. Supervisi dalam konseling bukan
semata-semata peran manajemen saja, dimana pengawas memberikan direksi atau
mengalokasikan tugas, melainkan bertujuan untuk menangani klien dengan seefktif
mungkin (Carroll, 1998). Berbagai pendapat telah dikemukakan berkenaan dengan
supervisi ini. Stephen Robbins (1978) mengemukakan ”Supervision is tradionally used to refer to the activity of immedietly
directing the activities of sub ordinates”.[3]
Menurut Arhtur Jones (1970), supervisi itu mencakup
dua bentuk kegiatan, yaitu:
a.
Sebagai kontrol
kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang
perubahan.
b.
Mengadakan perubahan,
penataran dan mengadakan perubahan perilaku.[4]
Pengawasan
bimbingan dan konseling disekolah diselenggarakan oleh pengawas sekolah sesuai
SK Menpan No. 118/1996 dan petunjuk pelaksanaannya. Kegiatan pengawasan
bimbingan dan konseling di sekolah
melibatkan guru pembimbing dan pengawas sekolah di bawah koordinasi kepala
sekolah.[5]
Supervisi bimbingan dan
koseling merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor
(supervise), dimana supervisor (konselor senior) memberi dukungan dan bantuan
untuk meningkatkan mutu kinerja profesional supervise, bertumpu pada satu
prinsip yang mengakui setiap manusia itu mempunyai potensi untuk berkembang.
Dari penjelasan yang
telah diuraikan, dapat ditarik kerangka kesimpulan bahwa supervise konseling
merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau
konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya
menjadi situasi belajar mengajar lebih optimal, selain itu supervisi juga dapat diartikan sebagai bantuan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik. Yang dimaksud supervisi disini bukan lagi inspeksi
orang yang merasa serba tahu (superior) kepada orang yang dianggap belum tahu
sama sekali (inperior), tetapi supervisi dalam bentuk pembinaan.[6]
Selanjutnya,
Crow dan Crow (1962) berpendapat bahwa dalam kegiatan supervisi bimbingan,
hendaknya supervisor menerima saran-saran dari para konselor dalam hubungannya
dengan permasalahan-permasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum,
penyesuaian kurikulum bagi siswa, memasukkan kegiatan kegiatan yang bermanfaat
bagi beberapa siswa ke dalam program sekolah.[7]
B. Fungsi, Manfaat, dan Tujuan
Supervisi Konseling
Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melakukan diskusi
terfokus berkenaan dengan ketersediaan personal sesui dengan kebutuhan serta
upaya-upaya untuk memenuhi ketersediaan konsselor, optimalisasi peran, dan
fungsi personal sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling, serta mekanisme
layanan sesuai dengan peran dan fungsi. Setiap pengawas harus melakukan fungsi
supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial.[8]
Hawkins dan Shohet, telah mengidentifikasi tiga fungsi utama supervisi
dalam konseling, yaitu:[9]
a.
Edukasional, dengan tujuan memberikan konselor kesempatan reguler untuk mengembangkan
pemahaman baru dan menerima informasi.
b.
Suportivitas peran supervisi, yaitu konselor dapat membagi dilema mereka,
memvalidasi kinera kerja, dan berhadapan dengan tekanan yang diingat oleh
klien.
c.
Dimensi manajemen supervisi, yaitu untuk memastikan kualitas kerja dan
menolong konselor untuk merencanakan pekerjaan dan memanfaatkan sumber.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas, setiap pengawas
dituntut untuk memiliki kemampuan dasar tertentu yang berbeda dengan tenaga
kependidikan lainnya, kemampuan dasar tersebut dinamakan kompotensi. Adapun
manfaat supervisi dalam program bimbingan adalah:
1.
Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personil bimbingan yaitu bagaimana
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masingmasing.
2.
Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para
personil bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
3.
Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatanhambatan
dan permasalahan-permasalahan yang ditemui.
dan permasalahan-permasalahan yang ditemui.
4.
Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar ke
arah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.[10]
arah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.[10]
Dan yang menjadi tujuan dari supervisi
konseling adalah:
1.
Meningkatkan kompetensi professional
konselor
2.
Meningkatkan kesadaran dan identitas
professional
3.
Mendorong perkembangan pribadi dan
professional
4.
Mempromosikan kinerja professional
5.
Pemberian jaminan mutu terhadap
praktek profesional.
BAB
III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Elemen kunci dalam pendidikan konseling itu meliputi beberapa
aspek, yaitu;
a.
Kerangka
teoritis
b.
Keterampilan
konseling
c.
Menangani
diri
d.
Isu
profesional
e.
Praktik
supervisi, dan
f.
Kesadaran
riset.
Supervise konseling
merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau
konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya
menjadi situasi belajar mengajar lebih optimal, selain itu supervisi juga dapat diartikan sebagai bantuan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.
Supervisi bimbingan dan koseling merupakan satu relasi antara
supervisor dan konselor (supervise), dimana supervisor (konselor senior) memberi
dukungan dan bantuan untuk meningkatkan mutu kinerja profesional supervise,
bertumpu pada satu prinsip yang mengakui setiap manusia itu mempunyai potensi
untuk berkembang.
3.2.
Saran
Semoga
apa yang penulis uraikan diatas, dapat menambah sedikit wawasan kepada
temen-teman mahasiswa, dan saya berharap teman-teman tidak merasa puas dengan
apa yang sudah penulis paparkan. Kami sangat mengharapkan kritik maupun
sarannya dari teman-teman, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang
kami susun ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
John McLEOD, Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus, (Jakrta:
Kencana Prenada Media group, 2010)
Achmad
Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung: Refika Aditama, 2010)
Dewa Ketut
Sukardi, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta,
2008)
Anas
Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)
[1] John
McLEOD, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010) halaman 557
[2] Ibid,
halaman 558
[3] A.
Juntika Nurichsan, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Refika Aditama,
2009), halaman 67
[4] Ibid,
[5] Anas
Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung; Pustaka Setia, 2010),
halaman 214
[6] Dewa
Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineke
Cipta, 2008), halaman 287
[7] A.
Juntika Nurichsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
Op. Cit. Halaman 68
[8] Anas
Salahudin, Bimbingan dan Konseling, Loc. Cit. halaman 214
[9] John
McLEOD, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, Loc. Cit. halaman
568
[10] A.
Juntika N, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Loc.Cit.
halaman 68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar